Pengertian
-
Psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche yang
artinya jiwa dan logos artinya ilmu. Psikologi yaitu ilmu tentang
jiwa atau ilmu jiwa. Crow and Crow mendefinisikan “psichology is the study
of human behaviour and human relationship”.
-
Belajar: proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan
atau pengalaman. Cronbach “learning is shown by change in behavior as a
result of experience”. Howard L.
Kingskey “proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek
atau latihan”. Jadi belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotor.
-
Bahasa: suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota
suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama,
berlandaskan pada budaya yang mereka miliki. Arbitrer maksudnya tidak ada
keterkaitan antara simbol-simbol ini dengan benda, keadaan, atau peristiwa yang
diwakilinya.
Psikologi Belajar Bahasa mencoba menelusuri proses
seseorang dalam belajar atau melakukan pembelajaran tentang bahasa. Psikologi
Belajar Bahasa juga mengandung pengertian bagaimana seseorang melakukan
pelajaran dalam mengembangkan dan meningkatkan keterampilan berbahasa, pada
keseluruhan bahasa yang menjadi alat komunikasi.
Prinsip-prinsip Dasar
Linguistik
Linguistik mempunyai
beberapa prinsip dasar, yaitu:
1. Bahasa adalah suatu sistem. Suatu sistem pola-pola yang kompleks dan suatu
struktur dasar. Di dalamnya terdapat ketentuan-ketentuan individual yang
bekerja bersama-sama dengan kesatuan-kesatuan lainnya. Anak-anak mempelajari
sesuatu bahasa dengan belajar mempergunakan pola-pola yang berstruktur itu,
bukan dengan cara menganalisisnya.
2. Bahasa adalah vokal. Hanya ujaran sajalah yang mengandung segala tanda
utama sesuatu bahasa. Bagian-bagian kesatuan itu merupakan bunyi-bunyi yang
membuat suatu perbedaan dalam makna; bunyi-bunyi tersebut disebut fonem-fonem.
Huruf-huruf merupakan segala upaya untuk mewakili bunyi-bunyi sesuatu bahasa.
Membaca pertama sekali merupakan suatu perekam (recording) cetakan
menjadi bunyi, kemudian merupakan suatu pembacaan sandi bahasa menjadi makna.
Inilah sebabnya mengapa suatu program membaca harus didasarkan pada pengetahuan
bahasa yang ada pada sang anak
3. Bahasa tersusun dari lambang-lambang arbitrer. Ini berarti bahwa hubungan
antara lambang dan makna juga bersifat arbitrer. Adalah salah bila kita
memperdebatkan mengapa seseorang memakai/mengatakan kuali sebagai pengganti
belanga, atau ibu untuk emak, ayah untuk bapak, dan bahwa hanya ada satu ucapan
yang benar bagi suatu kata. Pengakuan bahwa lambang-lambang bahasa bersifat
arbitrer haruslah juga membuat kita selalu bertindak arbitrer dalam hal itu.
4. Setiap bahasa bersifat unik, mempunyai ciri-ciri khas. Tidak ada dua bahasa
yang mempunyai perangkat pola-pola yang sama, bunyi-bunyi yang sama, kata-kata
atau sintaksis yang sama.
5. Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan. Penggunaan sistem itu sendiri
sebenarnya berada pada tingkatan kebiasaan. Cara-cara kita mengucapkan suatu
bunyi atau menyusun kata-kata dalam suatu kalimat kita lakukan seotomatis kita
berjalan. Belajar sesuatu bahasa dipengaruhi oleh situasi-situasi yang menuntut
penggunaan bahasa. Situasi-situasi tersebut mengawasi, mengontrol kosa kata dan
sintaksis
6. Bahasa adalah untuk komunikasi. Pertama-tama sekali bahasa itu haruslah
dapat dipahami atau dimengerti oleh pemakai, tetapi juga harus dapat dipahami
oleh orang lain. Kalau ucapan salah dimengerti, tidak dapat dipahami, atau
bentuk-bentuk menyatakan suatu makna yang lain dari yang dimaksud oleh seorang,
maka bahasa gagal mengkomunikasikan
mereka. Hal ini menuntut suatu analisis pendengar. Kalau hal ini dilakukan maka
jelaslah terlihat mengapa pemakai kata-kata yang baku itu sangat penting dan
pada tingkat ilmiah diperlukan suatu ketegasan atau kepastian.
7. Bahasa berhubungan dengan kebudayaan tempatnya berada. Bahasa berada pada
para pembicara yang berada pada tempat tertentu melakukan hal-hal tertentu.
Hampir setiap perdagangan mempunyai kata-kata serta ekspresi-ekspresi yang
hanya dimengerti oleh anggota kelompoknya.
8. Bahasa itu berubah. Tidak ada yang tetap di dunia ini, semua berubah.
Perubahan ini yang mencakup kosa kata, bunyi-bunyi bahasa, bentuk kata, bentuk
kalimat, dan Iain-lain.
Kemampuan Berbahasa
Kemampuan berbahasa dalam
tinjauan neurolinguistik dan biologi
Berdasar pada pendekatan neurolinguistik bahwa manusia ditakdirkan memiliki
otak yang berbeda dengan primata lain, baik dalam struktur maupun fungsinya.
Pada manusia ada bagian-bagian otak yang dikhususkan untuk kebahasaan,
sedangkan pada binatang bagian-bagian ini tidak ada. Dan juga berdasar pada
pendekatan biologi, manusia juga ditakdirkan memiliki struktur biologi yang
berbeda dengan binatang. Mulut manusia, misalnya memiliki struktur yang
sedemikian rupa sehingga memungkinkan manusia untuk mengeluarkan bunyi yang
berbeda-beda. Ukuran ruang mulut dalam bandingannya dengan lidah, kelenturan
lidah, dan tipisnya bibir membuat manusia mampu untuk menggerak-gerakkannya
secara mudah untuk menghasilkan bunyi-bunyi yang distingtif. Menurut Chomsky
perkembangan bahasa/pertumbuhan bahasa pada manusia terprogram secara genetik.
Manusia dilahirkan bukan dengan piring kosong (teori tabula rasa). Waktu
dilahirkan manusia sudah dibekali dengan apa yang dia namakan faculties of
the mind yang salah satu bagiannya khusus diciptakan untuk pemerolehan
bahasa, Pertumbuhan bahasa seseorang terkait secara genetik dengan pertumbuhan
biologinya.
Awal perolehan bahasa
Kapan sebenarnya anak mulai berbahasa? Karena berbahasa mencakup
komprehensi maupun produksi maka sebenarnya anak sudah mulai berbahasa sebelum
dia dilahirkan. Melalui saluran intrauterine anak telah terekspos pada bahasa
manusia waktu dia masih janin, kata-kata dari ibunya tiap hari dia dengar dan secara
biologis kata-kata itu "masuk" ke janin. Kata-kata ibunya ini rupanya
"tertanam" pada janin anak. Itulah salah satu sebabnya mengapa di
mana pun juga anak selalu lebih dekat pada ibunya daripada ayahnya. Seorang
anak yang menangis akan berhenti menangisnya bila digendong oleh ibunya. Dengan
memakai alat yang dinamakan High Amplitude Sucking Paradigm (HASP) anak
umur di bawah 3 bulan ternyata
sudah dapat membedakan VOT. Pada eksperimen ini anak diberi dot khusus lalu
diperdengarkan bunyi, misalnya, / ba /. Pada saat mendengar bunyi itu, jumlah
denyutan naik, tapi kemudian menurun. Kemudian diberikan bunyi lain /pa/, dan
denyutannya naik lagi. Dari sini disimpulkan bahwa anak telah dapat membedakan
bunyi sangat awal. Cara-cara lain juga dipakai seperti pengukuran detak jantung
yang bertambah atau menurun waktu diperdengarkan bunyi-bunyi tertentu.
Bagaimana Bahasa diperoleh
dan dikembangkan?
Pada abad ke-XIII, seorang kaisar Kerajaan Romawi yang suci, Frederick II,
mengadakan eksperimen yang menarik. La ingin mengetahui apakah bahasa yag akan
digunakan oleh anakanak, bila kepada mereka tidak diajarkan bahasa apapun pada
tahun-tahun pertama kehidupan mereka. la memilih beberapa orang bayi dan
merawatnya dalam suatu tempat yang khusus. Bayi-bayi itu dipelihara sebagaimana
layaknya, dimandikan, dirawat, dan disusui. Tetapi tidak seorangpun
diperbolehkan berbicara, bersenandung atau menyayikan lagu penghantar tidur
buat mereka. Penelitian ini tidak membuahkan hasil, karena semua anak meninggal
secara misterius, dan eksperimen ini tidak pernah diulangi lagi.
Pada permulaan abad ke XIX, dari hutan Averyron ditemukan seorang anak liar
yang bertahun-tahun dipelihara serigala. Ketika ia ditangkap, ia merangkak dan
mengeluarkan suara lolongan seperti anak serigala. Itard, seorang dokter,
berusaha mengajarkan bahasa manusia kepadanya pada saat ia berusia 12 tahun. la
tidak berhasil. Victor, demikian nama anak liar dari Averyron itu, hanya
sanggup mengucapkan beberapa patah kata saja. Eksperimen Fredrick tidak dapat
menjelaskan bagaimana kita bisa berbahasa. Penemuan Victor menunjukkan bahwa
bila dipisahkan dari lingkungan manusia, seorang anak tidak memiliki
kemampuanbicara. Sebaliknya, kita melihat anak yang dibesarkan pada masyarakat
manusia, pada usia 4 tahun sudah dapat berdialog dengan kawan-kawannya dalam
bahasa ibunya.
Bagaimana anak kita dapat menggunakan bahasa Indonesia, dengan tata bahasa
Indonesia, padahal ia lahir ke dunia sebelum dikursus bahasa Indonesia,?
Bagaimana ia dapat menangkap arti kata tanpa kamus? Untuk menjawab pertanyaan
ini, Psikologi menyajikan dua teori belajar dari behaviorisme dan
teori nativisme dari Noam Chomsky.
Menurut teori belajar, anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga
proses: Asosiasi, imitasi, dan peneguhan. Asosiasi berarti melazimkan suatu
bunyi dengan objek tertentu. Imitasi berarti menirukan pengucapan dan struktur
kalimat yang didengarnya. Peneguhan dimaksudkan sebagai ungkapan kegembiraan
yang dinyatakan ketika anak mengucapkan kata-kata dengan benar. Psikologi dari
Harvard, B.F.Skinner, menerapkan ketiga prinsip ini ketika ia menjelaskan tiga
macam respons yang terjadi pada anak-anak kecil, yang disebutnya sebagai respos
mand, tact, dan echoic. Respons mand dimulai ketika
anak-anak mengeluarkan bunyi secara sembarangan. Tiba-tiba sebagian bunyi itu
menyebabkan ibu memberinya ganjaran. Misalnya, anak mengeluarkan bunyi
"u-u", dan orang tuanya mengangapnya sebagai permintaan (command
atau demand] agar diberi air. Si bayi segera rnenyaksikan orang tua memberinya
minuman yang segar. Sejak saat itu, kalu ia menginginkan minuman segar ia
mengucapkan "u-u". Respons tact terjadi bila anak menyentuh
objek, kemudian secara sembarang ia mengucapkan bunyi. Orang tuanya mengira ia
menyebutkan satu kata dan memberikan ganjaran. Misalnya, anak menyentuh gelas
yang berisi air, lalu secara sembarang ia mengucapkan "u-u". Orang
tuanya beranggapan bahwa anak itu mengatakan "minum". Dan anak itu
dipeluk dengan ucapan, "Oh, mau minum? Kau pintar, ya. " Sejak saat
itu, anak menggunakan " u-u" dalam arti " minuman" Respons
echoic terjadi ketika anak menirukan ucapan orang
tuanya dalam hubungan dengan stimuli tertentu. Misalnya, setiap kali ibu
memberikan air segar, ia mengatakan "minum", anak mencoba menirunya
dan mengucapkan "u-u". Ibu gembira mendengar ucapan itu, lalu
memangkunya, memeluknya, dan mengucapkan kata-kata yang lembut. Inilah yang
disebut sebagai peneguhan terhadap upaya imitasi yang dilakukan anak.
Menurut Noam Chomsky, bila anak harus belajar seperti itu, paling tidak
diperlukan waktu tiga puluh tahun untuk mampu menguasai 1000 kata saja. Menurut
ahli bahasa dari Massachusat Institute of Technology ini, teori belajar
hanyalah "play-acting at science". Menurutnya, setiap anak
mampu menggunakan suatu bahasa karena adanya pengetahuan bawaan (preexistent
knowledge) yang telah diprogram secara genetik dalam otak kita. Ia menyebut
pengetahuan ini sebagai L.A.D. (Langgnage Acquistion Device ). LAD tidak
mengandung kata, arti, atau gagasan, tetapi hanyalah satu sistem yang memungkinkan
manusia menggabungkan komponen-komponen bahasa. Walaupun bentuk bahasa di dunia
ini (surface structure), berbeda-beda, bahasa-bahasa itu mempunyai
kesamaan dalam struktur pokok yang mendasarinya. Chomsky menyebutnya linguistik
universal." Karena anak-anak diperlengkapi dengan kemampuan ini, mereka
segera mengenal hubungan di antara bentuk-bentuk bahasa ibunya dengan
bentuk-bentuk yang terdapat dalam tata bahasa struktur dalam yang sudah
terdapat pada kepalanya. Hubungan-hubungan tersebut; peraturan" trasformasional
grammar" menyebabkan anak secara alamiah mengucapkan kalimat-kalimat
yang sesuai dengan peraturan bahasa mereka.
Teori Nativisme menggambarkan anak memperoleh pengetahuan tentang bahasa
tertentu, ketika bahasa yang didengar membangkitkan respons bawaan dari
kemampuan berbahasa. Adanya dasar fisiologis dari kemampuan dasar berbahasa
dibuktikan dengan penemuan daerah Broca dan daerah Wernicke pada
otak manusia. Daerah yang pertama mengatur sintaksis, sehingga gangguan atau
kerusakan pada daerah ini menyebabkan orang berbicara terpatah-patah dengan
susunan kata yang tidak teratur. Kerusakan di daerah Wernicke menyebabkan
orang berbicara lancar tetapi tidak mempunyai arti.
Teori perkembangan mental dari Jean Piaget memperkuat teori Chomsky dengan
menunjukan adanya struktur universal yang menimbulkan pola berpikir yang sama
pada tahap-tahap tertentu dalam perkembangan mental anak-anak. Kedua psikolog
ini membuktikan bahwa otak manusia bukanlah penerima pengalaman yang pasif,
bukan papan tulis kosong, tetapi sebuah organ yang diperlengkapi dengan
kemampuan-kemampuan bawaan. Dalam sebuah penelitian mengenai anak-anak bisu
yang tidak diajari bahasa tanda di Philadelphia, tim peneliti menemukan bahwa
anak-anak pada usia 3 atau 4 tahun telah membuat isyarat-isyarat tersendiri
yang menghasilkan "kalimat-kalimat (rangkaian-tanda-tanda). Mereka dapat
membedakan antara subjek, predikat, dan objek. Karena rangkaian tanda-tanda itu
lahir sendiri, peneliti menyimpulkan bahwa dalam otak anak sudah terdapat
prinsip-prinsip berbahasa yang bukan merupakan hasil belajar.
Teori Pengajaran Bahasa
Aliran Struktural
Aliran ini dipelopori oleh linguis dari Swiss Ferdinand de Saussure
(1857-1913) ialah yang meletakan
dasar-dasar linguistik struktural berdasarkan penelitian-penelitian dengan
menggunakan metode-metode penelitian Beberapa teori tentang bahasa dapat
disebutkan (1) bahasa itu pertama-tama adalah ujaran/lisan (2) kemampuan
berbahasa diperoleh melalui kebiasaan yang ditunjang dengan latihan dan
penguatan (3) Setiap bahasa memiliki sistemnya sendiri yang berbeda dari bahasa
lain, oleh karena itu, menganalisis suatu bahasa tidak bisa memakai kerangka
yang digunakan untuk menganalisis bahasa lainnya. (4) Setiap bahasa memiliki
sistem yang utuh dan cukup untuk mengekspresikan maksud dari penuturnya, oleh
karena itu tidak ada satu bahasa yang unggul atas bahasa lainnya. (5) Semua
bahasa yang hidup berkembang mengikuti perubahan zaman terutama karena terjadinya
kontak dengan bahasa lain, oleh karena itu, kaidahkaidahnya pun bisa mengalami
perubahan. (6) Sumber pertama dan utama kebakuan bahasa adalah penutur bahasa
tersebut, bukan lembaga ilmiah, pusat bahasa, atau mazhab-mazhab gramatika.
Aliran Generatif-Transformatif
Tokoh utama Linguis Amerika Noam Chomsky th 1957 mempublikasikan bukunya "Langguage
Structures" aliran ini membedakan dua struktur bahasa : Struktur luar
dan struktur dalam. Bentuk ujaran yang diucapkan atau ditulis oleh penutur
adalah struktur luar yang merupakan manifestasi dari struktur dalam. Ujaran itu
bisa berbeda bentuk dengan struktur dalamnya, tetapi pengertian yang dikandung
sama. Sejalan dengan itu, Chomsky membagi kemampuan berbahasa menjadi dua,
yakni kompetensi dan performansi. Kompetensi adalah kemampuan ideal yang
dimiliki oleh seorang penutur. Kompetensi menggambarkan pengetahuan tentang
sistem bahasa yang sempurna, yaitu pengetahuan tentang sistem kalimat (sintaks),
sistem kata (morfologi), sistem bunyi (fonologi) dan sistem
makna (semantik). Sedangkan performansi adalah ujaran-ujaran yang bisa
didengar atau dibaca, yang merupakan tuturan seseorang apa adanya tanpa
dibuat-buat. Oleh karena itu, performansi bisa saja tidak sempurna, dan oleh
karena itu pula, menurut Chomsky, suatu tata bahasa hendaknya memberikan
kompetensi dan bukan performansi.
Metode Pengajaran Bahasa
Mazhab Behaviorisme
Pengembangan metode pengajaran dibang-un di atas landasan teori-teori ilmu
jiwa, ilmu bahasa (/mgwzs£zfc).Psikolagi menguraikan bagaimana orang belajar
sesuatu. Dalam pengajaran bahasa, mazhab behaviorisme ini melahirkan pendekatan
aural-oral (thanqah sam'iyyah syafahiyyah) Dalam pendekatan ini peran
guru sangat dominan karena dialah yang memilih bentuk stimulus, memberikan ganjaran
dan hukuman, memberikan penguatan dan menentukan jenisnya, dan dia pula yang
memilih buku, materi, dan cara mengajarkannya, bahkan menentukan jawabannya
atas pertanyaan yang diajukan kepada pembelajar. Pendekatan ini memberikan
perhatian utama kepada kegiatan latihan, drill, menghapal kosa kata, dialog,
teks bacaan, dan pada sisi lain lebih mengutamakan bentuk luar bahasa. (pola,
struktur, kaidah) dari pada kandungann isinya, dan mengutamakan
kesahihan/akurasi dari pada kemampuan interaksi dan komunikasi.
Mazhab Kognitif
Mazhab kognitif menegaskan pentingnya keaktifan pembelajar. Pembelajaran
yang mengatur dan menentukan proses pembelajaran. Lingkungan bukanlah penentu
awal dan akhir positif atau negatifnya hasil pembelajaran. Menurut mazhab ini, seseorang
ketika menerima stimulus dari lingkungannya, dia melakukan pemilihan sesuai
dengan minat dan keperluaannya, menginterpretasikannya, menghubungkannya dengan
pengalaman terdahulu, baru kemudian memilih alternatif respon yang paling
sesuai. Para ahli psikolinguistik pengikut mazhab kognitif, antara lain Noam
Chomsky dan James Deez, berpandangan bahwa setiap manusia memiliki kesiapan
fitriah (alamiah) untuk belajar bahasa. Manusia lahir dibekali oleh sang
Pencipta dengan
piranti pemerolehan bahasa atau LAD (Language Acquisition Device). Alat
ini menyerupai layar radar yang hanya menangkap gelombang-gelombang bahasa.
Setelah diterima, gelombanggelombang itu ditata dan dihubung-hubungkan satu
sama lain menjadi sebuah sistem kemudian dikirimkan ke pusat pengolahan
kemampuan berbahasa. (language competence). Pusat ini merumuskan
kaidah-kaidah bahasa dari data-data ujaran yang dikirimkan oleh LAD dan
menghubungkannya dengan makna
yang dikandungnya, sehingga terbentuklah kemampuan berbahasa. Pada tahap
selanjutnya, pembelajar bahasa menggunakan kemampuan berbahasanya untuk
mengkreasi kalimatkalimat dalam bahasa yang dipelajarinya untuk mengungkapkan
keinginan dan keperluannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah
diketahui.
Teknik Penguasaan Bahasa
dengan Mengefisiensikan Kerja Otak
Untuk mengefisiensikan penguasaan bahasa, ada beberapa tehnik yang perlu
dilakukan, yaitu:
1. Berilah otak kesempatan
menyimak banyak-banyak - bagaimana kita tercengang menyaksikan orang tidak
sekolah lancar berbahasa asing. Dengan memanfaatkan programprogram radio,
rekaman-rekaman, serta mendengarkan kuliah-kuliah yang merupakan bahan-bahan
mentah yang dapat dipergunakan oleh otak untuk mengasimilasi, memilih, serta
menyimpan data-data penting mengenai bahasa.
2. Tenang dan santai.
Kegelisahan-kegelisahan, sekalipun mengenai belajar bahasa, seakan-akan
memutuskan upayaupaya otak kita untuk melakukan tugasnya.
3. Janganlah memasang
rintangan-rintangan baik bunyibunyian. Orang-orang yang bermukim di dekat rel
kereta api yang bising cenderung untuk melindungi diri mereka dengan "
tabir bunyi" penghalang secara mental, sehingga mereka tidak mendengar
kereta api lewat. Beberapa orang cenderung memasang penghalang-penghalang bunyi
bagi bahasa-bahasa asing dan sebagai akibatnya mereka tidak mengasimilasi
bahasa itu sedemikian rupa sehingga hal itu seolah-olah banyak menolong mereka
pada suatu tingkat kesadaran. Akan tetapi dalam beberapa contoh, orang-orang
ini telah diketahui mempergunakan bahasa asing dengan amat lancar, kalau mereka
mabuk atau sakit jiwa.
4. Berikan waktu yang cukup
bagi otak. Pada akhir minggu kebanyakan orang beranggapan bahwa mereka haruslah
mulai berbicara sesuatu bahasa asing. Tentu saja tanpa sangsi mereka.dapat
memakai beberapa ekspresi, tetapi untuk memanfaatkan "passive
listening" dengan sebaik-baiknya haruslah memberi kesempatan bagi otak
untuk bekerja beberapa btilan.
5. Beri kesempatan bagi otak
bekerja, sementara kita mengerjakan sesuatu yang lain. Adalah merupakan suatu
cara yang baik memasang rekaman dalam suatu bahasa sementara kita bercukur,
makan, membaca koran sore, ataupun pada saat bermain dengan anak-anak. Kita
akan dapat memberi perhatian yang serius sepanjang waktu; oleh sebab itu
berilah kesempatan menyimak bagi otak secara santai. Banyak orang menganggap
sepele akan hal itu, tetapi sangat penting dalam belajar bahasa, terlebih lebih
bahasa asing. Jangan dilupakan bahwa pada saat tidurpun otak kita tetap aktif.
Aktifitas Kegiatan Belajar
Bahasa
Dalam belajar bahasa, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari
suatu situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam
rangka belajar bahasa. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan
aktivitas belajar bahasa apa yang dilakukan kemudian. Setiap situasi di manapun
dan kapanpun memberikan kesempatan belajar bahasa kepada seseorang. Berikut
beberapa aktivitas kegiatan belajar bahasa:
-
Menyimak dan berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang
berlangsung/flce to face communication. Ujaran (speech) biasanya
dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi); oleh karena itu maka model
atau contoh yang disimak dan direkam oleh sang anak sangat penting dalam
penguasan serta kecakapan berbicara Kata-kata yang akan dipakai serta
dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang (stimulus) yang
ditemuinya (misalnya kehidupan desa kota) dan kata-kata yang paling banyak
memberi bantuan atau pelayanan dalam penyarnpaian ide-idenya. Ujaran sang anak
mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup;
misalnya ucapan, intonasi, kosa kata, pengunaan kata-kata, dan pola-pola
kalimat. Anak yang masih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang lebih
panjang dan rumit tinimbang kalimatkalimat yang dapat diucapkannya.
Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu rneningkatkan kualitas
berbicara seseorang. Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalam
peningkatan cara pemakaian kata-kata sang anak; oleh karena itu, sang anak akan
tertolong kalau dia mendengarkan serta menyimak ujaran-ujaran yang baik dari
para guru, rekaman-rekaman yang bermutu dan cerita-cerita yang bernilai.
Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan
menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya
sang anak memperguanakan bahasa yang didengar serta disimaknya.
-
Menyimak
Don Brown, dalam disertasinya yang berjudul "Auding as the Primary
Language Ability" pada Stanford University, 1954, menyatakan bahwa
istilah-istilah Learnig dan Listening keduaduanya terbatas dalam
makna dan bahwa auding yang diturunkan
dari kata kerja neologis to and, lebih tepat melukiskan, memberikan
keterampilan yang ada sangkut pautnya dengan para guru. "Auding is to
the ears what reading is to the eyes". Kalau membaca merupakan proses
melihat, mengenal serta menginterpretasikan lambang-lambang tulis, maka
menyimak dapatlah dibatasi sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta
menginterpretasikan lambang-lambang lisan, Russel & Russel, berpendapat
bahwa menyimak, bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian
serta apresiasi. Dengan demikian, menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta
memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui
ujaran atau bahasa lisan.
“disarikan dari tulisan Dudung Hamdun”
Referensi :
www.salmauinarraniry.blogspot.com
jangan lupa ucapkan terimakasih ya dicoment...
jangan lupa ucapkan terimakasih ya dicoment...
